Hey... !
ketemu lagi sama gue , dipostingan satu ini,ohiya selama ini perasaan gue belom pernah ngenalin diri gue yah,
okeh kawan !! kenalin nama gue Agil Amar Avhiadh biasa dipanggil "Amar" tapi kalo disekolahan gue dipanggil "Agil"
gue sekolah di salah satu SMA negri di Ibu kota Jakarta tepatnya SMAN22 (yang belum lama ada kasus,Wakapsek nyabulin siswa kelas XII nya) , gue anak ke 2 dari 3 bersaudara,
gue lahir bukan dari keluarga berkecukupan, tapi semenjak gue kecil apa yang gue butuhin pasti ada,
ohiyaa, sampingan gue sekolah, gue ngamen di pinggiran ibu kota,
Berbagai
macam rasa telah gue rasakan, pahit, getir, luka, perih, miris,
terhina, tanpa harapan, semua fase kehidupan yang tidak enak udah gue
lewati.
Segala kata yang
menyakitkan, mungkin gak cukup untuk melukiskan penderitaan. Jangankan
sekolah, untuk makan dan bertahan hidup pun harus berjuang dalam
keperihan.
Sudah sering gue
harus rela menerima caci maki yang luar biasa kasar. Tidak terhitung,
perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi. Demi sesuap nasi, sering gue
harus menerima pekerjaan yang kelewat berat untuk anak-anak seumuran gue, Masih
banyak lagi hal suram buram yang gue alami sepanjang gue menggelandang
di jalanan. Di jalanan yang berlaku bukanlah hukum masyarakat yang penuh
aturan dan tatakrama, tetapi hukum RIMBA yang mengandalkan kekuatan
fisik. Siapa yang kuat, dialah yang menang karena gue hidup dijalanan hingga semua harus berpikir secara liar
. Saat itulah gue
hanya berusaha untuk menjadi orang kuat dalam versinya demi
mempertahankan hidup di jalanan. Pekat dan suramnya kehidupan, sering
pula membuat gue ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Seperti
sebuah lentera yang gue tidak mengerti dari mana datangnya, adalah
pemikiran sederhana dan lugu yang gue miliki. gue tidak pernah berpikir
banyak tentang halangan dan rintangan tersebut.
Keinginannya
hanya satu, bisa makan demi mempertahankan kehidupannya agar terus
berjalan. gue gak mau mati konyol. Gue merasa harus berjuang dan harus
menjadi kuat.
Kini, semua halangan, rintangan, penderitaan,
kesakitan, kepedihan, luka, air mata, pengorbanan, semuanya telah
berubah menjadi lautan hikmah. Dulu, dengan segala kepahitan yang gue
alami sebagai anak jalanan, gue hanya merasakan betapa pedihnya hidup
dalam kondisi yang memprihatinkan.
Betapa tidak menyenangkannya
menjadi anak jalanan. Salah satu kategori ‘orang-orang buangan’ yang
tidak memiliki harapan dan masa depan.
Gue berharap mudah-mudahan
dengan membaca kisah hidup Gue, semakin banyak orang yang mau mengubah
hidupnya menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Sesungguhnya, kesuksesan dan
kebahagiaan tergantung pada diri kita masing-masing. Tidak tergantung
pada orang lain. Apapun latar belakang kita, sukses adalah hak kita.