Minggu, 19 Mei 2013

KERASNYA HIDUP DI JALANAN .

Hey... !
ketemu lagi sama gue , dipostingan satu ini,ohiya selama ini perasaan gue belom pernah ngenalin diri gue yah,
okeh kawan !!  kenalin nama gue Agil Amar Avhiadh biasa dipanggil "Amar" tapi kalo disekolahan gue dipanggil "Agil"
gue sekolah di salah satu SMA negri di Ibu kota Jakarta tepatnya SMAN22 (yang belum lama ada kasus,Wakapsek nyabulin siswa kelas XII nya) , gue anak ke 2 dari 3 bersaudara,
gue lahir bukan dari keluarga berkecukupan, tapi semenjak gue kecil apa yang gue butuhin pasti ada,
ohiyaa, sampingan gue sekolah, gue ngamen di pinggiran ibu kota,
Berbagai macam rasa telah gue rasakan, pahit, getir, luka, perih, miris, terhina, tanpa harapan, semua fase kehidupan yang tidak enak udah gue lewati.
Segala kata yang menyakitkan, mungkin gak cukup untuk melukiskan penderitaan. Jangankan sekolah, untuk makan dan bertahan hidup pun harus berjuang dalam keperihan.

Sudah sering gue harus rela menerima caci maki yang luar biasa kasar. Tidak terhitung, perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi. Demi sesuap nasi, sering gue harus menerima pekerjaan yang kelewat berat untuk anak-anak seumuran gue, Masih banyak lagi hal suram buram yang gue alami sepanjang gue menggelandang di jalanan. Di jalanan yang berlaku bukanlah hukum masyarakat yang penuh aturan dan tatakrama, tetapi hukum RIMBA yang mengandalkan kekuatan fisik.
 Siapa yang kuat, dialah yang menang karena gue hidup dijalanan hingga semua harus berpikir secara liar
. Saat itulah gue hanya berusaha untuk menjadi orang kuat dalam versinya demi mempertahankan hidup di jalanan. Pekat dan suramnya kehidupan, sering pula membuat gue ingin mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Seperti sebuah lentera yang gue tidak mengerti dari mana datangnya, adalah pemikiran sederhana dan lugu yang gue miliki. gue tidak pernah berpikir banyak tentang halangan dan rintangan tersebut.

Keinginannya hanya satu, bisa makan demi mempertahankan kehidupannya agar terus berjalan. gue gak mau mati konyol. Gue merasa harus berjuang dan harus menjadi kuat.
Kini, semua halangan, rintangan, penderitaan, kesakitan, kepedihan, luka, air mata, pengorbanan, semuanya telah berubah menjadi lautan hikmah. Dulu, dengan segala kepahitan yang gue alami sebagai anak jalanan, gue hanya merasakan betapa pedihnya hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

Betapa tidak menyenangkannya menjadi anak jalanan. Salah satu kategori ‘orang-orang buangan’ yang tidak memiliki harapan dan masa depan.
Gue berharap mudah-mudahan dengan membaca kisah hidup Gue, semakin banyak orang yang mau mengubah hidupnya menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Sesungguhnya, kesuksesan dan kebahagiaan tergantung pada diri kita masing-masing. Tidak tergantung pada orang lain. Apapun latar belakang kita, sukses adalah hak kita.